Pages

Subscribe:

Jumat, 11 Januari 2013

PENYERANG TERBAIK

Lebih dari 30 perengkuh Ballon d'Or sejak 1956 didominasi dari barisan penyerang, namun ada beberapa bomber legenda yang tampaknya perlu diperhatikan. Ferenc Puskasmisalnya. Kendati ia memenangkan kejuaran Eropa di usia kompetisi yang baru terlahir, nyatanya Puskas hanya menjadi bayang-bayang di belakang Luis Suarez untuk sekedar menjadi nomor dua pada 1960. Di tahun-tahun awal diresmikannya Ballon d'Or, Hongaria berjaya dengan membekuk Inggris 6-3 di Wembley. Rasanya gelar terbaik dunia pantas disematkan pada Puskas di masa itu. John Charles juga dielu-elukan sebagai pesepakbola Inggris terhebat sepanjang masa, mendapatkan suara terbanyak sebagai pemain asing terbaik di Serie A bergabung dengan Maradona dan Platini, torehan golnya juga bagi Juventus benar-benar ciamik [105 gol dalam lima musim] serta tiga Scudetto. Masih kurang pantaskah Ballon d'Or lantas berada dalam genggaman Charles? Hanya karena kegagalan Bianconerri di kancah Eropa menjadi kunci kekalahan dirinya merebut Ballon d'Or dan pada akhirnya harus puas hanya menempati tiga besar pada 1959.

Namun Charles tidak sendiri menjadi pemain yang terpinggirkan dari status terbaik dunia. Ada nama mentereng seperti Thierry Henry, Legenda Arsenal yang sekarang ini kembali memperkuat klub yang telah melambungkan namanya tersebut untuk jangka pendek, yang menemani Charles. Agaknya torehan 226 gol dan dua persembahan Liga Primer Inggris belum cukup untuk mengukuhkan pemain milik New York Red Bulls ini memenangkan Ballon d'Or. Apa memang kontribusi Henry masih terbilang kurang untuk the Gunners? Coba tengok di musim 2004. Arsenal mengalami fase yang amat sulit ditandingi tim-tim lain. Betapa tidak, Arsenal-nya Henry menyapu bersih semua pertandingan Liga dengan tak terkalahkan dan sang penyerang membukukan 39 gol di semua kompetisi. Alasannya mungkin merujuk pada kegagalan Henry membawa Prancis berjaya di Euro 2004, sementara Andriy Shevchenko menggebrak setahun setelahnya untuk mengklaim Ballon d'Or. Henry? sepertinya memang tidak "dijodohkan" memenangkan gelar pribadi paling bergengsi tersebut.

Selain Charles, Juve juga punya nama lain yang tak masuk perhitungan namun kontribusinya fantastis selama satu dekade. Dia adalah Michael Laudrup. Pemain Denmark itu menggebrak dunia di usia belianya pada 1982-83. Yah, Laudrup mencuri hati dunia ketika melakukan impak besar di Juve, Barcelona, Real Madrid dan tentu saja bersama Denmark di Euro '84 dan Piala Dunia '86. Partnernya di lini depan bersama si 'Danish Dynamite', Preben Elkjaer, menjadi momok yang ditakuti di Eropa di pertengahan 1980. MembawaScandinavians ke semi-final Euro, dan menghadiahi Verona satu capaian historis, Scudetto, setahun berselang. Tapi bagaimanapun, nama Platini tak bisa dipatahkan oleh Elkjaer yang di 80-an sukses mengukir hat-trick.

0 komentar:

Posting Komentar